Direktur Mondowana Bersama Kemenag Kotamobagu, Kolaborasi Perkuat Pendidikan Ekologis hingga Gerakan Biokonversi

ONEPOST.ID, Kotamobagu — Krisis sampah bukan lagi sekadar wacana, melainkan realitas yang semakin mendesak di Kota Kotamobagu.

Ketika sebagian pihak masih berkutat pada pola lama yang reaktif dan seremonial, justru madrasah bersama Pusat Pendidikan Mondowana dan Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kotamobagu mulai mengambil langkah konkret yang progresif yakni menggerakkan revolusi biokonversi dari lingkup paling dasar rumah dan sekolah.

Kolaborasi ini dipicu oleh pertemuan Mondowana dan Kemenag Kotamobagu pada Kamis, 20 November 2025, yang menandai penguatan sinergi antara edukasi keagamaan dan kesadaran ekologis dalam satu gerakan bersama.

Pertemuan itu menjadi salah satu pilar penting dalam menumbuhkan kesadaran lingkungan di lingkungan madrasah dan masyarakat luas.

Upaya memperkuat pendidikan ekologis yang terintegrasi dengan gerakan pengelolaan sampah berbasis masyarakat di Kota Kotamobagu terus menunjukkan perkembangan positif.

Direktur Pusat Pendidikan Mondowana, Siti Hadija Junaidi, M.Pd, menyampaikan apresiasi mendalam kepada Kepala Kantor Kemenag Kota Kotamobagu, Jamaluddin Lamato, S.Pd.I, M.Pd, serta Kepala Seksi Pendidikan Islam, Liliyanti Kaawoan, S.Pd, M.Pd, atas dukungan dan keterbukaan yang diberikan terhadap berbagai inisiatif ekologis yang diinisiasi Mondowana.

Apresiasi tersebut disampaikan usai kunjungan Mondowana ke Kantor Kemenag Kotamobagu pada Kamis, 20 November 2025, yang menjadi momentum penting untuk memperkuat sinergi antarlembaga dalam mendorong pendidikan lingkungan hidup berbasis pemberdayaan.

“Kami sangat berterima kasih atas sambutan hangat dan dukungan nyata dari Kemenag Kotamobagu. Ini bukan sekadar kerja sama lembaga, tetapi pertemuan visi untuk membentuk generasi yang lebih peduli terhadap lingkungan,” ujar Siti Hadija.

Menurut Siti, keterlibatan Kemenag memberikan energi besar dalam menguatkan gerakan lingkungan di madrasah.

Dukungan tersebut tercermin dalam penyelenggaraan dua kegiatan utama, yakni Eco-Youth Training: Pemuda Sahabat Sampah yang dilaksanakan pada 25 November 2025 serta Pelatihan Biokonversi Sampah Organik Skala Rumahan pada 29 September 2025.

Kedua program tersebut merupakan bagian dari implementasi Project FOLU Net Sink 2030 – RBC Norwegia melalui skema Small Grant BPDLH, yang fokus pada inovasi pengelolaan sampah organik, peningkatan produktivitas maggot, dan penguatan ekonomi sirkular di tingkat rumah tangga.

Dalam pembukaan kegiatan Pelatihan Biokonversi, Pemerintah Kota Kotamobagu melalui Asisten II Bidang Pembangunan dan Ekonomi, H. Adnan Masinae, S.Sos, MM, turut memberikan penekanan agar perubahan pengelolaan lingkungan dimulai dari rumah.

“Langkah kecil dari rumah akan menjadi kekuatan besar dalam mewujudkan ekonomi sirkular dan mengurangi beban sampah menuju TPA,” tegasnya saat itu.

Peran aktif madrasah dalam kolaborasi ini terlihat melalui keterlibatan MAN 1 Kotamobagu (MANSAKO) yang mengutus sejumlah perwakilan dalam setiap kegiatan.

Hadir sebagai peserta sekaligus agen perubahan, yaitu Ahmad Thoriq Kausar Daeng Matara selaku Ketua Komunitas Sahabat Alam, Amri Wijaya Mamonto, S.Pd sebagai Pembina Sahabat Alam, serta Jarulina Monantun, S.Pd.I, M.Pd selaku Waka Akademik yang turut mendampingi.

Kehadiran mereka menjadi simbol komitmen madrasah dalam memperkuat budaya ramah lingkungan, sekaligus bagian dari langkah berkelanjutan menuju Adiwiyata Mandiri, setelah sebelumnya MAN 1 Kotamobagu berhasil meraih Adiwiyata Nasional 2024 dan kembali mengikuti tahapan penilaian lanjutan pada 18 November 2025.

Kepala Kemenag Kotamobagu, Jamaluddin Lamato, turut memberikan refleksi terkait kontribusi Mondowana dalam memperkuat program lingkungan di satuan pendidikan binaan Kemenag.

“Eco-Youth Training dan Pelatihan Biokonversi yang diinisiasi Mondowana memberikan dampak nyata bagi madrasah,” kata Jamaludin

Bahkan kata dia Kegiatan ini memperkaya pemahaman peserta didik tentang pengelolaan sampah sekaligus memperkuat gerakan Adiwiyata Mandiri yang sedang kami dorong.

Menurutnya, pendekatan edukasi yang dilakukan Mondowana bersifat aplikatif, relevan dengan tantangan lingkungan saat ini, serta mampu menumbuhkan budaya hijau yang konsisten di sekolah-sekolah madrasah.

Dalam refleksinya, Siti Hadija menegaskan bahwa pendanaan Small Grant FOLU Net Sink–Norwegia adalah sebuah amanah besar yang harus diwujudkan dalam bentuk perubahan konkret dan terukur.

Oleh karena itu, seluruh program dirancang dengan pendekatan Think Tank Lokal untuk Ekonomi Sirkular, dengan indikator evaluasi yang jelas melalui tahapan baseline, midline, dan endline.

Gerakan biokonversi yang dikembangkan, lanjut Siti, kini telah berubah menjadi simpul kolaborasi Dodeka Helix yang melibatkan banyak pihak, mulai dari pemerintah daerah, madrasah, komunitas, pelaku usaha, NGO, media, hingga inovator lokal.

“Biokonversi bukan hanya tentang teknologi pengolahan sampah. Ini adalah gerakan budaya, gerakan kesadaran, yang dimulai dari rumah, sekolah, dan hati masyarakat yang mencintai lingkungannya,” ungkapnya.

Ia juga menyampaikan apresiasi kepada para guru pendamping dan penggerak komunitas, khususnya Amri Wijaya Mamonto dan Ahmad Thoriq Kausar Daeng Matara, yang secara aktif terlibat dalam seluruh rangkaian kegiatan, termasuk saat Ahmad Thoriq memimpin doa penutup kegiatan pelatihan.

“Doa itu bukan hanya seremoni, tetapi simbol harapan kolektif bagi masa depan ekologis Kotamobagu yang lebih hijau dan berkelanjutan,” tambah Siti.

Siti menutup pernyataannya dengan menegaskan bahwa gerakan yang dibangun Mondowana bersama para mitra bukanlah milik satu lembaga semata, melainkan milik seluruh masyarakat Kotamobagu.

“Perubahan besar selalu berawal dari langkah kecil. Gerakan ini adalah milik bersama, demi menjadikan Kotamobagu sebagai kota yang bersih, sehat, dan benar-benar BERSAHABAT dengan bumi,” pungkas Siti.

Comment